
Gambar: https://www.gate.com/trade/BTC_USDT
Sebagai aset utama di pasar kripto, Bitcoin telah mengalami volatilitas yang signifikan selama koreksi terbaru. Dalam tiga bulan terakhir, data menunjukkan harga Bitcoin turun sekitar 26% dari puncaknya. Meski penurunan ini terlihat tajam, sebenarnya penurunan Bitcoin relatif lebih moderat dibandingkan pasar kripto secara keseluruhan, sehingga tetap unggul dibandingkan sejumlah kelas aset utama lainnya.
Tren ini sering menjadi sorotan analis industri: Bitcoin turun 26%, tetapi tetap mengungguli sebagian besar aset kripto arus utama. Berdasarkan data dari Glassnode, penyedia analitik on-chain, penurunan Bitcoin secara keseluruhan selama fase ini lebih ringan dibandingkan dengan sebagian besar sektor utama kripto lainnya.
Data pasar terbaru menunjukkan Bitcoin sempat mencapai rekor tertinggi di sekitar Rp126.200.000 pada bulan Oktober, lalu perlahan turun dan diperdagangkan di kisaran Rp85.000.000. Meskipun demikian, Bitcoin tetap menunjukkan stabilitas yang lebih baik dibandingkan banyak aset berbasis narasi maupun aset high-beta.
Penurunan ini jelas mencerminkan penurunan selera risiko, tekanan makroekonomi, dan meningkatnya kehati-hatian investor. Dalam situasi seperti ini, skala, likuiditas, dan karakteristik alokasi portofolio Bitcoin membuat banyak pihak menganggapnya sebagai aset pelindung nilai. Akibatnya, saat terjadi aversi risiko ekstrem, sebagian modal beralih ke Bitcoin daripada altcoin berisiko tinggi.
Kinerja unggul dalam konteks ini bukan berarti nilai Bitcoin naik, melainkan penurunannya lebih kecil dibandingkan kategori lain di pasar kripto. Misalnya, DeFi, NFT, dan tema populer seperti AI token mengalami penurunan yang lebih dalam dibandingkan Bitcoin pada periode yang sama.
Pola ini mencerminkan pergeseran alokasi modal yang lebih luas saat pasar menyesuaikan diri dengan volatilitas makro yang meningkat:
Di tengah fluktuasi pasar yang tinggi, investor cenderung meninjau kembali toleransi risiko mereka. Dalam ekosistem kripto, Bitcoin sering disebut sebagai “emas digital” berkat ukuran pasar yang mapan, likuiditas mendalam, dan partisipasi institusional yang besar. Persepsi ini berkontribusi pada ketahanan Bitcoin selama periode penurunan.
Pergeseran arus modal juga menjadi alasan mengapa kerugian Bitcoin lebih kecil dibandingkan altcoin berkapitalisasi kecil dan aset berbasis narasi.
Data tiga bulan terakhir menunjukkan:
Perbandingan ini menegaskan bahwa Bitcoin tetap lebih tangguh dibandingkan segmen pasar berisiko tinggi.
Bagi investor, koreksi saat ini merupakan proses pelepasan risiko sekaligus pembentukan peluang baru. Berikut beberapa poin yang perlu diperhatikan:
Seiring volatilitas meningkat, permintaan aset berisiko rendah kemungkinan akan terus mendukung kekuatan relatif Bitcoin dalam waktu dekat. Namun, jika kondisi makro membaik, sentimen positif, dan modal baru masuk ke pasar, altcoin dapat kembali melanjutkan tren kenaikan.
Pada akhirnya, memahami perubahan struktur pasar, korelasi antar aset, dan pergeseran preferensi modal akan menjadi kunci dalam mengantisipasi fase pasar berikutnya.





