Baru-baru ini ada fenomena yang cukup menarik untuk diperhatikan: perang berkecamuk di Timur Tengah, justru menjadikan Aset Kripto sebagai medan perang baru dalam geopolitik.
“Keuangan Bawah Tanah” yang Dihasilkan oleh Perang
Hamas menggunakan Bitcoin untuk menghindari sanksi dan mengumpulkan dana, sementara Israel melacak transfer di blockchain. Ini bukanlah plot fiksi ilmiah—pada akhir 2023, Departemen Keuangan AS telah menyebutkan hal ini. Kedua belah pihak menemukan kebenaran yang kejam: blockchain adalah BUG terhadap sanksi tradisional. Siapa pun yang dapat lebih cepat menguasai teknologi pelacakan dan pembekuan on-chain, merekalah yang menguasai kendali dalam perang ekonomi baru ini.
Bank “Pengelola Lepas Tangan”
Bank-bank utama di Israel menolak untuk terlibat dengan Aset Kripto — pada dasarnya karena takut akan masalah. Apa hasilnya? Pelaporan pajak bagi investor menjadi mimpi buruk, dan pemerintah juga kehilangan pendapatan pajak. Ini menciptakan fenomena yang canggung: masyarakat menggunakan, bank menghindar, pemerintah mengambil keuntungan.
Ambisi Pemerintah
Inilah titik balik yang penting. Parlemen Israel sedang memajukan undang-undang insentif pajak untuk enkripsi/Blockchain, sinyal yang jelas dari kebijakan: ingin membangun daya saing global di bidang ini. Ini mirip dengan sikap Singapura terhadap teknologi finansial di masa lalu — jika tidak bisa dihentikan, lebih baik jadi pemimpin.
Premi Geopolitik Mendorong Harga Koin
Konflik regional meningkat → Permintaan untuk menghindari risiko → Aliran dana masuk ke pasar Aset Kripto. Data on-chain menunjukkan bahwa volume perdagangan di kawasan Timur Tengah akan meningkat secara signifikan selama periode konflik. Di balik ini adalah permintaan nyata untuk pemindahan aset — tidak ada yang ingin menyimpan uang di rekening bank yang mungkin dibekukan.
Tinjauan Situasi Saat Ini
🔗 Israel sedang menyusun kerangka hukum Aset Kripto
💰 Sikap bank vs pemerintah sangat berbeda
📊 Peristiwa geopolitik menjadi keuntungan tersembunyi bagi BTC/ETH
⚔️ Pengawasan on-chain menjadi “alat sanksi ekonomi” yang baru
Pengamatan Inti: Kasus Israel ini mencerminkan tren global - Aset Kripto sedang bertransformasi dari inovasi teknologi menjadi alat geopolitik. Negara-negara yang ramah regulasi akan menarik modal dan bakat, membentuk pusat keuangan baru.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
"Dilema Enkripsi" Israel: Perang, Bank, dan Permainan Tiga Kebijakan
Baru-baru ini ada fenomena yang cukup menarik untuk diperhatikan: perang berkecamuk di Timur Tengah, justru menjadikan Aset Kripto sebagai medan perang baru dalam geopolitik.
“Keuangan Bawah Tanah” yang Dihasilkan oleh Perang
Hamas menggunakan Bitcoin untuk menghindari sanksi dan mengumpulkan dana, sementara Israel melacak transfer di blockchain. Ini bukanlah plot fiksi ilmiah—pada akhir 2023, Departemen Keuangan AS telah menyebutkan hal ini. Kedua belah pihak menemukan kebenaran yang kejam: blockchain adalah BUG terhadap sanksi tradisional. Siapa pun yang dapat lebih cepat menguasai teknologi pelacakan dan pembekuan on-chain, merekalah yang menguasai kendali dalam perang ekonomi baru ini.
Bank “Pengelola Lepas Tangan”
Bank-bank utama di Israel menolak untuk terlibat dengan Aset Kripto — pada dasarnya karena takut akan masalah. Apa hasilnya? Pelaporan pajak bagi investor menjadi mimpi buruk, dan pemerintah juga kehilangan pendapatan pajak. Ini menciptakan fenomena yang canggung: masyarakat menggunakan, bank menghindar, pemerintah mengambil keuntungan.
Ambisi Pemerintah
Inilah titik balik yang penting. Parlemen Israel sedang memajukan undang-undang insentif pajak untuk enkripsi/Blockchain, sinyal yang jelas dari kebijakan: ingin membangun daya saing global di bidang ini. Ini mirip dengan sikap Singapura terhadap teknologi finansial di masa lalu — jika tidak bisa dihentikan, lebih baik jadi pemimpin.
Premi Geopolitik Mendorong Harga Koin
Konflik regional meningkat → Permintaan untuk menghindari risiko → Aliran dana masuk ke pasar Aset Kripto. Data on-chain menunjukkan bahwa volume perdagangan di kawasan Timur Tengah akan meningkat secara signifikan selama periode konflik. Di balik ini adalah permintaan nyata untuk pemindahan aset — tidak ada yang ingin menyimpan uang di rekening bank yang mungkin dibekukan.
Tinjauan Situasi Saat Ini
Pengamatan Inti: Kasus Israel ini mencerminkan tren global - Aset Kripto sedang bertransformasi dari inovasi teknologi menjadi alat geopolitik. Negara-negara yang ramah regulasi akan menarik modal dan bakat, membentuk pusat keuangan baru.