Gelombang big dump pada akhir musim gugur tahun lalu, saya melihat 850.000 dana terjebak di dasar.

Log transaksi saya banting di meja, pena jatuh ke lantai, tinta memercik ke mana-mana. Waktu itu benar-benar hancur, semua aplikasi dihapus semalaman, dompet hardware langsung dibuang ke dalam laci. Saya mengunci diri di kamar lebih dari sebulan, teman yang mengirimkan grafik K tidak berani dibuka, orang rumah bertanya saya hanya bilang "sudah jual semua."

Menatap saldo akun yang mendekati nol, saat itu hanya ada satu pemikiran: pasar sialan ini, saya tidak akan bermain lagi.

Tapi setiap kali insomnia sampai larut malam, hati ini selalu ada api yang membara. Bukan karena ingin balik modal, tapi benar-benar tidak rela—setelah lima tahun menganalisis data di blockchain, akhirnya mati karena kesalahan bodoh seperti "bertaruh buta"?

Tahun ini, saya hanya memiliki 3000U di saku. Saya menatap layar komputer dan membuat janji untuk diri sendiri: kesempatan terakhir, gunakan otak analisis dan bukan tangan judi, lihat apakah ini berhasil atau tidak.

Saya tidak pernah mengejar informasi dalam, dan tidak pernah percaya pada "pembawa order", bisa dari 2200U sampai skala sekarang ini, hanya mengandalkan tiga aturan yang saya pegang teguh:

**Aturan Pertama: Manajemen Posisi - Pasang Airbag Keamanan di Akun**

Saya membagi uang menjadi empat bagian dengan rasio 4:3:2:1:
- 40% digunakan untuk melakukan gelombang saat ini
- 30% disimpan untuk darurat (pada kondisi ekstrem maksimal bergerak 10% untuk menambah posisi)
- 20% ditukar menjadi stablecoin dan berbaring
- 10% beli koin utama untuk mengurangi risiko

meskipun menghadapi peluang yang terlihat "pasti untung", posisi operasi tidak boleh melebihi batas. Tahun lalu karena