Belakangan ini pasar emas sedang melonjak, dari akhir tahun lalu hingga pertengahan tahun ini, harga spot emas internasional XAUUSD telah menembus angka $4400/onsis, menciptakan kenaikan tahunan yang langka dalam 30 tahun terakhir. Sejauh mana tren ini akan berlanjut? Kapan harga emas akan turun? Banyak investor bertanya-tanya dalam hati mereka.
Untuk memahami performa kuat emas saat ini, kita harus terlebih dahulu melihat logika pasar di baliknya.
Mengapa emas bisa melonjak terus? Tiga pendorong utama bekerja secara diam-diam
Kenaikan harga emas ini bukanlah tanpa alasan, melainkan hasil dari beberapa faktor yang saling bertumpuk.
Pertama adalah meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan kebijakan. Awal tahun 2025, serangkaian kebijakan tarif baru langsung memicu lonjakan besar dalam sentimen perlindungan risiko pasar. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa setiap kali terjadi perubahan besar dalam kebijakan, emas sebagai aset perlindungan tradisional akan menerima aliran dana masuk. Mirip dengan periode perang dagang AS-China tahun 2018, harga emas sempat melonjak 5-10% dalam waktu singkat. Dalam lingkungan saat ini, logika serupa sedang berulang.
Kedua, ekspektasi kebijakan moneter Federal Reserve terus memandu tren harga emas. Harga emas memiliki hubungan terbalik yang signifikan dengan suku bunga riil. Data dari alat suku bunga CME menunjukkan kemungkinan Federal Reserve menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada rapat Desember mencapai 84,7%. Setiap penurunan suku bunga akan menurunkan suku bunga riil (= suku bunga nominial - inflasi), yang selanjutnya meningkatkan daya tarik emas. Investor dapat memantau perubahan data alat FedWatch untuk memperkirakan arah volatilitas harga emas.
Ketiga, permintaan cadangan emas dari bank sentral besar menjadi pendukung utama. Data terbaru dari World Gold Council menunjukkan bahwa selama tiga kuartal pertama tahun 2025, pembelian bersih emas oleh bank sentral global sekitar 634 ton. Lebih menarik lagi, dalam survei bank sentral tersebut, 76% responden menyatakan akan meningkatkan proporsi emas dalam cadangan mereka dalam lima tahun ke depan, sementara mayoritas bank sentral memperkirakan cadangan dolar AS akan menurun. Tren jangka panjang ini memberikan dasar permintaan yang kokoh untuk emas.
Mengapa harga emas tetap kokoh? Faktor-faktor lain turut berperan
Selain ketiga pendorong utama tersebut, kondisi ekonomi global saat ini juga secara tidak langsung mendukung harga emas.
Menurut data IMF, total utang global hingga 2025 telah mencapai 307 triliun dolar AS. Skala utang sebesar ini membatasi ruang kebijakan bank sentral berbagai negara, memaksa kebijakan moneter menjadi longgar, yang secara tidak langsung menurunkan suku bunga riil dan meningkatkan nilai relatif aset tanpa bunga seperti emas.
Selain itu, menurunnya kepercayaan terhadap dolar AS juga mendorong kenaikan harga emas. Ketika dolar menghadapi tekanan depresiasi atau kepercayaan pasar menurun, emas yang dihargai dalam dolar justru menjadi penerima manfaat relatif, sering menarik aliran dana besar.
Selain itu, konflik Rusia-Ukraina yang terus berlangsung, ketegangan di Timur Tengah, dan risiko geopolitik lainnya juga terus meningkatkan permintaan investor terhadap aset perlindungan risiko. Liputan media yang terus-menerus dan sentimen komunitas yang saling memicu turut menciptakan aliran dana tambahan dalam jangka pendek.
Perlu dicatat bahwa faktor-faktor jangka pendek ini meskipun dapat memicu volatilitas yang tajam, tidak berarti tren jangka panjang akan berlanjut secara pasti. Bagi investor di Taiwan, emas yang dihargai dalam mata uang asing juga harus mempertimbangkan fluktuasi kurs dolar AS/TWD, yang dapat secara signifikan mempengaruhi hasil nyata setelah konversi.
Berapa harga emas akan melonjak pada 2026? Ringkasan prediksi lembaga
Meskipun baru-baru ini terjadi koreksi teknikal, prospek jangka panjang emas tetap optimis secara umum. Tim analisis komoditas JPMorgan menyebut koreksi ini sebagai “koreksi teknikal yang sehat,” dan menaikkan target harga kuartal keempat 2026 menjadi $5055/onsis.
Goldman Sachs melanjutkan sikap optimis sebelumnya, mempertahankan target harga $4900/onsis pada akhir 2026. Bank of America lebih agresif, sebelumnya menaikkan target harga menjadi $5000, dan baru-baru ini beberapa analis bahkan menyebut harga emas bisa menembus $6000 tahun depan.
Dari sisi ritel, merek perhiasan terkenal (seperti Chow Tai Fook, Luk Fook, Chao Hong Ji, dll.) tetap mempertahankan harga referensi emas murni di atas 1100 yuan/gram, tanpa menunjukkan penurunan yang signifikan, sebagai konfirmasi kepercayaan pasar terhadap harga emas.
Menggabungkan sinyal-sinyal ini, tidak sulit untuk melihat bahwa emas sebagai aset cadangan kepercayaan global tetap didukung oleh faktor jangka panjang. Namun, investor harus waspada terhadap risiko volatilitas jangka pendek, terutama menjelang pengumuman data ekonomi AS atau rapat Federal Reserve, di mana fluktuasi harga emas sering kali meningkat secara signifikan.
Apakah saat ini waktu yang tepat untuk masuk pasar? Pilihan berbeda bagi para investor
Untuk pertanyaan kapan harga emas akan turun, jawabannya sebenarnya tergantung pada kerangka waktu investasi Anda.
Jika Anda adalah trader jangka pendek berpengalaman, lingkungan volatil saat ini justru menciptakan banyak peluang. Dalam pasar emas yang likuid, arah kenaikan dan penurunan relatif mudah diprediksi, terutama selama periode melonjak melonjak / melonjak melonjak / melonjak melonjak, kekuatan bullish dan bearish sangat jelas. Menggunakan kalender ekonomi untuk mengikuti data ekonomi utama AS dapat membantu pengambilan keputusan trading.
Jika Anda adalah pemula yang ingin ikut serta dalam trading jangka pendek, ingatlah untuk mulai dengan modal kecil. Memburu harga tinggi dan menjual rendah secara berulang adalah jebakan umum bagi pemula, dan jika psikologis terguncang, risiko kerugian besar sangat mungkin terjadi.
Jika Anda berencana membeli emas fisik sebagai bagian dari portofolio jangka panjang, harus siap menerima volatilitas yang cukup besar. Rata-rata fluktuasi tahunan emas mencapai 19,4%, lebih tinggi dari indeks S&P 500 sebesar 14,7%. Selain itu, biaya transaksi emas fisik biasanya berkisar antara 5%-20%, yang juga harus dipertimbangkan sebelum masuk pasar.
Dalam konteks alokasi portofolio, emas memang alat diversifikasi yang berharga, tetapi tidak boleh menjadi satu-satunya aset. Pendekatan yang lebih bijak adalah dengan memegang secara jangka panjang dan memanfaatkan fluktuasi harga jangka pendek secara moderat untuk meningkatkan hasil, tentunya dengan pengalaman dan manajemen risiko yang memadai.
Satu fenomena yang perlu diperhatikan adalah bahwa siklus investasi emas sangat panjang. Membeli emas sebagai alat lindung nilai mungkin akan menunjukkan hasil yang diharapkan dalam 10 tahun, tetapi selama periode tersebut, nilainya bisa berlipat ganda atau bahkan terpangkas setengahnya. Inilah sebabnya diversifikasi dan pengendalian proporsi aset tunggal sangat penting.
Secara keseluruhan, tren emas saat ini belum berakhir, baik jangka menengah maupun jangka panjang masih memiliki peluang, asalkan didasarkan pada pemahaman yang mendalam terhadap logika pasar dan strategi yang sesuai dengan toleransi risiko masing-masing. Jangan mengikuti arus secara buta.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Bagaimana pandangan harga emas tahun 2025? Kapan harga emas akan turun, analisis tren selanjutnya
Belakangan ini pasar emas sedang melonjak, dari akhir tahun lalu hingga pertengahan tahun ini, harga spot emas internasional XAUUSD telah menembus angka $4400/onsis, menciptakan kenaikan tahunan yang langka dalam 30 tahun terakhir. Sejauh mana tren ini akan berlanjut? Kapan harga emas akan turun? Banyak investor bertanya-tanya dalam hati mereka.
Untuk memahami performa kuat emas saat ini, kita harus terlebih dahulu melihat logika pasar di baliknya.
Mengapa emas bisa melonjak terus? Tiga pendorong utama bekerja secara diam-diam
Kenaikan harga emas ini bukanlah tanpa alasan, melainkan hasil dari beberapa faktor yang saling bertumpuk.
Pertama adalah meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan kebijakan. Awal tahun 2025, serangkaian kebijakan tarif baru langsung memicu lonjakan besar dalam sentimen perlindungan risiko pasar. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa setiap kali terjadi perubahan besar dalam kebijakan, emas sebagai aset perlindungan tradisional akan menerima aliran dana masuk. Mirip dengan periode perang dagang AS-China tahun 2018, harga emas sempat melonjak 5-10% dalam waktu singkat. Dalam lingkungan saat ini, logika serupa sedang berulang.
Kedua, ekspektasi kebijakan moneter Federal Reserve terus memandu tren harga emas. Harga emas memiliki hubungan terbalik yang signifikan dengan suku bunga riil. Data dari alat suku bunga CME menunjukkan kemungkinan Federal Reserve menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada rapat Desember mencapai 84,7%. Setiap penurunan suku bunga akan menurunkan suku bunga riil (= suku bunga nominial - inflasi), yang selanjutnya meningkatkan daya tarik emas. Investor dapat memantau perubahan data alat FedWatch untuk memperkirakan arah volatilitas harga emas.
Ketiga, permintaan cadangan emas dari bank sentral besar menjadi pendukung utama. Data terbaru dari World Gold Council menunjukkan bahwa selama tiga kuartal pertama tahun 2025, pembelian bersih emas oleh bank sentral global sekitar 634 ton. Lebih menarik lagi, dalam survei bank sentral tersebut, 76% responden menyatakan akan meningkatkan proporsi emas dalam cadangan mereka dalam lima tahun ke depan, sementara mayoritas bank sentral memperkirakan cadangan dolar AS akan menurun. Tren jangka panjang ini memberikan dasar permintaan yang kokoh untuk emas.
Mengapa harga emas tetap kokoh? Faktor-faktor lain turut berperan
Selain ketiga pendorong utama tersebut, kondisi ekonomi global saat ini juga secara tidak langsung mendukung harga emas.
Menurut data IMF, total utang global hingga 2025 telah mencapai 307 triliun dolar AS. Skala utang sebesar ini membatasi ruang kebijakan bank sentral berbagai negara, memaksa kebijakan moneter menjadi longgar, yang secara tidak langsung menurunkan suku bunga riil dan meningkatkan nilai relatif aset tanpa bunga seperti emas.
Selain itu, menurunnya kepercayaan terhadap dolar AS juga mendorong kenaikan harga emas. Ketika dolar menghadapi tekanan depresiasi atau kepercayaan pasar menurun, emas yang dihargai dalam dolar justru menjadi penerima manfaat relatif, sering menarik aliran dana besar.
Selain itu, konflik Rusia-Ukraina yang terus berlangsung, ketegangan di Timur Tengah, dan risiko geopolitik lainnya juga terus meningkatkan permintaan investor terhadap aset perlindungan risiko. Liputan media yang terus-menerus dan sentimen komunitas yang saling memicu turut menciptakan aliran dana tambahan dalam jangka pendek.
Perlu dicatat bahwa faktor-faktor jangka pendek ini meskipun dapat memicu volatilitas yang tajam, tidak berarti tren jangka panjang akan berlanjut secara pasti. Bagi investor di Taiwan, emas yang dihargai dalam mata uang asing juga harus mempertimbangkan fluktuasi kurs dolar AS/TWD, yang dapat secara signifikan mempengaruhi hasil nyata setelah konversi.
Berapa harga emas akan melonjak pada 2026? Ringkasan prediksi lembaga
Meskipun baru-baru ini terjadi koreksi teknikal, prospek jangka panjang emas tetap optimis secara umum. Tim analisis komoditas JPMorgan menyebut koreksi ini sebagai “koreksi teknikal yang sehat,” dan menaikkan target harga kuartal keempat 2026 menjadi $5055/onsis.
Goldman Sachs melanjutkan sikap optimis sebelumnya, mempertahankan target harga $4900/onsis pada akhir 2026. Bank of America lebih agresif, sebelumnya menaikkan target harga menjadi $5000, dan baru-baru ini beberapa analis bahkan menyebut harga emas bisa menembus $6000 tahun depan.
Dari sisi ritel, merek perhiasan terkenal (seperti Chow Tai Fook, Luk Fook, Chao Hong Ji, dll.) tetap mempertahankan harga referensi emas murni di atas 1100 yuan/gram, tanpa menunjukkan penurunan yang signifikan, sebagai konfirmasi kepercayaan pasar terhadap harga emas.
Menggabungkan sinyal-sinyal ini, tidak sulit untuk melihat bahwa emas sebagai aset cadangan kepercayaan global tetap didukung oleh faktor jangka panjang. Namun, investor harus waspada terhadap risiko volatilitas jangka pendek, terutama menjelang pengumuman data ekonomi AS atau rapat Federal Reserve, di mana fluktuasi harga emas sering kali meningkat secara signifikan.
Apakah saat ini waktu yang tepat untuk masuk pasar? Pilihan berbeda bagi para investor
Untuk pertanyaan kapan harga emas akan turun, jawabannya sebenarnya tergantung pada kerangka waktu investasi Anda.
Jika Anda adalah trader jangka pendek berpengalaman, lingkungan volatil saat ini justru menciptakan banyak peluang. Dalam pasar emas yang likuid, arah kenaikan dan penurunan relatif mudah diprediksi, terutama selama periode melonjak melonjak / melonjak melonjak / melonjak melonjak, kekuatan bullish dan bearish sangat jelas. Menggunakan kalender ekonomi untuk mengikuti data ekonomi utama AS dapat membantu pengambilan keputusan trading.
Jika Anda adalah pemula yang ingin ikut serta dalam trading jangka pendek, ingatlah untuk mulai dengan modal kecil. Memburu harga tinggi dan menjual rendah secara berulang adalah jebakan umum bagi pemula, dan jika psikologis terguncang, risiko kerugian besar sangat mungkin terjadi.
Jika Anda berencana membeli emas fisik sebagai bagian dari portofolio jangka panjang, harus siap menerima volatilitas yang cukup besar. Rata-rata fluktuasi tahunan emas mencapai 19,4%, lebih tinggi dari indeks S&P 500 sebesar 14,7%. Selain itu, biaya transaksi emas fisik biasanya berkisar antara 5%-20%, yang juga harus dipertimbangkan sebelum masuk pasar.
Dalam konteks alokasi portofolio, emas memang alat diversifikasi yang berharga, tetapi tidak boleh menjadi satu-satunya aset. Pendekatan yang lebih bijak adalah dengan memegang secara jangka panjang dan memanfaatkan fluktuasi harga jangka pendek secara moderat untuk meningkatkan hasil, tentunya dengan pengalaman dan manajemen risiko yang memadai.
Satu fenomena yang perlu diperhatikan adalah bahwa siklus investasi emas sangat panjang. Membeli emas sebagai alat lindung nilai mungkin akan menunjukkan hasil yang diharapkan dalam 10 tahun, tetapi selama periode tersebut, nilainya bisa berlipat ganda atau bahkan terpangkas setengahnya. Inilah sebabnya diversifikasi dan pengendalian proporsi aset tunggal sangat penting.
Secara keseluruhan, tren emas saat ini belum berakhir, baik jangka menengah maupun jangka panjang masih memiliki peluang, asalkan didasarkan pada pemahaman yang mendalam terhadap logika pasar dan strategi yang sesuai dengan toleransi risiko masing-masing. Jangan mengikuti arus secara buta.