Yen mencapai level terendah baru, batas intervensi kebijakan mendekat! Euro Yen menembus rekor tertinggi

Fokus pasar valuta asing kembali tertuju pada Yen Jepang. Sejak memasuki bulan November, Yen terus melemah, USD terhadap Yen telah menembus level 155, sementara EUR terhadap Yen bahkan melonjak ke 179.52, memecahkan rekor tertinggi dalam hampir 26 tahun sejak Euro diluncurkan. Perubahan nilai tukar ini mencerminkan perbedaan fundamental yang diperbesar oleh selisih suku bunga AS-Jepang, serta mengisyaratkan bahwa titik kritis intervensi pemerintah semakin dekat.

Pelemahan yang Dipercepat, Pasar Menunggu Sinyal Kebijakan

Alasan langsung di balik pelemahan Yen tidak rumit. Presiden AS Donald Trump pada tanggal 12 waktu setempat menandatangani RUU anggaran sementara, mengakhiri penutupan pemerintah federal selama 43 hari, yang meredakan ekspektasi pesimis pasar terhadap ekonomi AS dan mendukung penguatan dolar. Sementara itu, Perdana Menteri Jepang yang baru, Sanae Takaichi, baru-baru ini menyerukan agar Bank of Japan berhati-hati dalam bertindak, mengisyaratkan perlambatan laju kenaikan suku bunga, yang tak diragukan lagi memperkuat ekspektasi pelemahan Yen.

Dari kinerja EUR terhadap Yen, pencapaian rekor tertinggi secara beruntun telah menjadi hal biasa. Ini tidak hanya mencerminkan posisi Yen yang relatif lemah, tetapi juga menunjukkan kekhawatiran pasar terhadap arah kebijakan ekonomi Jepang.

Dimana Batas Intervensi? Penilaian Berbeda dari Lembaga

Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa otoritas Jepang tidak diam saja. Menteri Keuangan, Shunichi Suzuki, pada tanggal 12 mengeluarkan peringatan lisan yang berhati-hati, menunjukkan adanya “volatilitas cepat satu sisi” di pasar valuta asing, yang merupakan sinyal awal yang khas. Melihat kembali dua tahun terakhir, Kementerian Keuangan Jepang pernah melakukan intervensi di pasar valuta asing pada tahun 2022 dan 2024, terutama di sekitar level 158 dan 161.7.

Namun, kali ini, penilaian pasar terhadap waktu intervensi berbeda-beda. Bank AS berpendapat bahwa USD terhadap Yen perlu turun lebih jauh ke level 158 agar dapat memicu respons kebijakan yang nyata. Sedangkan Goldman Sachs lebih berhati-hati, memperkirakan bahwa peluang intervensi akan meningkat secara signifikan ketika nilai tukar mencapai kisaran 161 hingga 162. Dengan kata lain, meskipun saat ini sekitar 155 telah mencatat level terendah baru, masih ada jarak dari garis pemicu intervensi yang sesungguhnya.

Dua Variabel Utama untuk Pergerakan Masa Depan

Melihat ke depan, arah USD terhadap Yen terutama bergantung pada dua variabel. Pertama adalah data ekonomi yang akan dirilis secara berturut-turut setelah pemerintah AS kembali beroperasi penuh—termasuk data ketenagakerjaan, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi, yang akan membentuk kembali ekspektasi pasar terhadap jalur suku bunga Federal Reserve. Kedua adalah rencana stimulus ekonomi yang akan diluncurkan Perdana Menteri Jepang, Takaichi, pada akhir November, yang langsung mempengaruhi penilaian terhadap kebijakan Bank of Japan.

Prediksi dari JPMorgan dan Mizuho Securities relatif konsisten, keduanya menargetkan harga USD terhadap Yen sekitar 156 pada akhir 2025. Ini berarti, meskipun nilai tukar terus berfluktuasi, pergerakannya tidak akan melebar tanpa batas.

Situasi saat ini penuh ketidakpastian bagi investor, tetapi ada poin pengamatan yang jelas: memperhatikan kinerja data ekonomi AS, rincian stimulus ekonomi Jepang, dan potensi volatilitas pasar yang mungkin timbul jika intervensi pemerintah benar-benar terjadi.