
Price tanking merupakan fenomena yang lazim di pasar cryptocurrency, yaitu situasi ketika harga aset mengalami penurunan tajam dalam waktu sangat singkat. Penurunan drastis ini biasanya dipicu oleh kepanikan pasar, berita buruk, tindakan tegas regulator, atau aksi jual besar-besaran oleh investor. Karena pasar kripto sangat volatil, price tanking bisa jauh lebih parah daripada di pasar keuangan tradisional. Bahkan kadang memicu penurunan dua digit dalam hitungan jam. Memahami penyebab serta strategi menghadapi price tanking sangat penting bagi investor cryptocurrency.
Price tanking di pasar cryptocurrency memiliki sejumlah ciri khas:
Penurunan ekstrem: Dibandingkan pasar tradisional, penurunan harga aset kripto sering kali jauh lebih drastis, dengan penurunan 20%, 30%, bahkan lebih dalam waktu singkat.
Efek domino: Penurunan pada satu aset kripto utama biasanya menimbulkan reaksi berantai di seluruh pasar, menyebabkan sebagian besar aset kripto jatuh serentak, yang sering disebut sebagai fenomena pasar "Bloody Wednesday/Thursday/Friday".
Lonjakan volume transaksi: Fase price tanking hampir selalu diiringi lonjakan volume perdagangan yang luar biasa, mencerminkan aksi jual massal akibat kepanikan investor.
Likuidasi massal: Penggunaan leverage secara luas di pasar kripto memicu likuidasi massal selama price tanking, sehingga mempercepat penurunan harga.
Indikator teknikal "oversold": Setelah price tanking, alat analisis teknikal seperti RSI dan stochastic biasanya menunjukkan kondisi "oversold" yang sangat dalam.
Price tanking membawa dampak signifikan bagi pasar cryptocurrency:
Kapitalisasi pasar berkurang drastis: Dalam waktu singkat, nilai pasar kripto bisa menyusut ratusan miliar hingga triliunan dolar AS.
Kepercayaan investor terguncang: Penurunan ekstrem menggoyahkan kepercayaan investor, terutama investor ritel baru, dan bisa mendorong mereka keluar dari pasar untuk jangka panjang.
Krisis likuiditas: Price tanking dapat menyebabkan kekeringan likuiditas di bursa, memperparah slippage harga, dan menimbulkan spiral penurunan.
Risiko pada ekosistem: Protokol DeFi atau proyek blockchain lain yang bergantung pada stabilitas aset kripto tertentu bisa menghadapi risiko kolaps, seperti yang terjadi pada Terra/LUNA pada 2022.
Pengawasan regulator meningkat: Price tanking berskala besar biasanya menarik perhatian lebih dari regulator, sehingga berpotensi memicu kebijakan yang lebih ketat.
Price tanking menimbulkan berbagai risiko dan tantangan:
Kerugian finansial: Investor bisa mengalami kerugian besar, terutama jika menggunakan leverage.
Tekanan psikologis: Fluktuasi harga yang ekstrem dapat menyebabkan tekanan psikologis berat, sehingga mendorong keputusan investasi yang tidak rasional.
Ancaman terhadap kelangsungan proyek: Proyek yang didanai melalui penjualan token bisa terancam kelangsungan dan kesehatannya akibat price tanking.
Potensi manipulasi pasar: Saat price tanking, pemilik aset besar ("whales") dapat memanfaatkan kepanikan untuk melakukan manipulasi pasar.
Ketidakpastian regulasi: Volatilitas ekstrem dapat mendorong regulator mengambil tindakan darurat, menambah ketidakpastian di pasar.
Krisis kepercayaan: Price tanking yang berkepanjangan atau berulang dapat merusak kepercayaan dan penerimaan publik terhadap industri kripto secara keseluruhan.
Meski menimbulkan kekhawatiran, price tanking telah menjadi bagian dari siklus pasar di kelas aset baru ini. Bagi pelaku jangka panjang, peristiwa ini membawa risiko sekaligus peluang. Memahami akar volatilitas pasar dan memiliki strategi manajemen risiko yang tepat sangat penting bagi setiap investor kripto. Seiring semakin matangnya pasar dan meningkatnya partisipasi institusi, fluktuasi harga ekstrem di pasar kripto kemungkinan akan berkurang di masa depan. Namun, dalam jangka pendek, investor tetap harus siap sepenuhnya menghadapi peristiwa price tanking.


